Aman & nyaman pakai mobil matik
Mobil bertransmisi otomatis alias matik saat ini sudah banyak ditemukan di Indonesia. Mulai dari city car yang berharga Rp100 juta-an hingga mobil premium seharga di atas Rp1 miliar menggunakan transmisi otomatis.
Alasan utama yang membuat pabrikan melengkapi varian produknya dengan transmisi otomatis tentu saja soal kemudahan dan kenyamanan bagi para penggunanya.
Mobil bertransmisi otomatis memang sangat nyaman terutama saat digunakan pada kondisi jalanan macet atau tipe pengendaraan stop and go.
Nyaman karena pengendara hanya memakai dua pedal, yaitu rem dan gas. Bahkan, rem tangan pun kini ada yang menyatu dengan pedal rem kaki. Dengan sistem ini menjalankan mobil menjadi lebih mudah dan bisa dipelajari dengan cepat.
Namun, mudah bukan berarti meremehkan faktor keamanan. Sebelum menyetir Anda wajib mengetahui tulisan yang ada pada tuas persneling. Ini sangat penting karena menyangkut pengendalian kendaraan.
Kejadian terulangnya terjun bebas sedan matik yang menyeruduk pagar pembatas lantai 7 gedung parkir Menara Jamsostek, Jakarta hampir serupa dengan kasus tahun lalu ketika sebuah hatchback menyeruduk jalur penghubung antarlantai parkir di pusat perbelanjaan ITC, Permata Hijau, Jakarta.
Banyak pihak menduga karena pengemudi kurang menguasai sistem pengendaraan mobil matik yang memang memudahkan dikendarai tapi membutuhkan pengetahuan teknis pengendaraan.
Pada umumnya transmisi otomatis memiliki pilihan posisi tuas dalam enam fungsi, yakni P, R, N, D, 2, dan L. Mode P (parkir) digunakan saat kendaraan berhenti, parkir dan menghidupkan mesin.
Untuk memakai P harus ditunggu sampai mobil benar-benar berhenti. Jika mobil masih berjalan dan transmisi dipaksakan ke posisi P, maka transmisi akan mengalami kerusakan.
Tuas persneling pada posisi R artinya mobil siap untuk berjalan mundur atau reverse. Saat menggunakannya harus dipastikan mobil dalam kondisi berhenti. Saat tuas berada di posisi R, biasanya lampu indikator mundur akan menyala.
Selanjutnya posisi N berarti mobil dalam kondisi netral. Umumnya digunakan saat menghidupkan mesin atau saat berhenti di lampu merah. Pada posisi transmisi ini sangat direkomendasikan untuk memfungsikan rem karena mobil dipengaruhi gaya gravitasi, sehingga berpotensi bergerak karena kemiringan jalan.
Pindah otomatis
Untuk menjalankan kendaraan, pengemudi harus memindahkan tuas persneling ke posisi D yang berarti drive. Persneling akan berpindah secara otomatis sampai posisi tertinggi sesuai kecepatan putaran mesin.
Jangan memindahkan dari posisi D ke 2 atau L pada saat mobil melaju dengan kecepatan tinggi karena akan menyebabkan kerusakan transmisi kecuali sistem transmisi mobil Anda dilengkapi teknologi yang memungkinkan untuk melakukan hal tersebut.
Bila kendaraan melalui jalanan menurun atau tanjakan, sebaiknya pindahkan tuas ke posisi 2 atau gigi persneling rendah. Pada posisi ini laju kendaraan akan ditahan oleh engine brake sehingga pengemudi tidak perlu sering menginjak rem.
Perpindahan persneling secara otomatis hanya terjadi pada gigi satu dan gigi dua. Karena itu jangan melaju dengan kecepatan melebihi 80 km/jam.
Tuas persneling L atau low bisa dipakai saat kendaraan mengarungi turunan curam atau tanjakan terjal, misalnya jalanan pegunungan atau menyusuri tanjakan dan turunan gedung parkir Jakarta yang rata-rata curam.
Pada posisi ini jangan memacu kendaraan melebihi kecepatan 40 km/jam untuk mesin diesel dan 60 km/jam bagi mobil berbahan bakar bensin. Alasannya, posisi L berarti transmisi bekerja pada posisi gigi satu saja. Selamat berkendara!
Komentar
Posting Komentar